Kamis, 22 Oktober 2015

IBD BAB 3 Konsep IBD dalam Kesusastraan

Konsepsi IBD dalam Kesusastraan

pendekatan kesustraan
Sastra (Sanskertashastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau “ajaran”. Pengertian sastra tidak hanya satu, tetapi dapat berkembang katacastra berarti tulisan. Sastra memiliki peran yang penting karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat normatif.
                Karena seni adalah ekspresi yang bersifat tidak normative, sehingga mudah berkomunikasi. Sastra memiliki peran penting, alasan pertama karena sastra mempergunakan bahasa. Karena bahasa dapat menampung semua pernyataan kehidupan manusia. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Cabang-cabang lain karya sastra juga bersifat abstrak. Gerak-gerik dalam tari, misalnya masih perlu penjabaran. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni music lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu masih perlu ditafsirkan. Sebaliknya sastra adalah penafsiran itu sendiri. Meskipun didalam penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi.
                Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dart MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahti-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya.
Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dart disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.

IBD dihubungkan dengan prosa 
                istilah prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction, atau hanya ficsion saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa khiasan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan biasanya dipakai dalam roman, atau novel, cerita pendek.
A.      Prosa lama meliputi
1.       Dongeng : cerita yang bersifat khayal
2.       Hikayat : Berisikan cerita kisah kehidupan kerajaan
3.       Sejarah : Berisikan cerita yang sudah lampau
4.       Epos
5.       Cerita pelipur lara
B.      Prosa baru meliputi
1.       Cerita pendek : bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya
2.       Roman/novel : bentuk prosa baru yang menceritakan kehidupan pelakunya dari mulai anak-anak sampai meninggal dunia.
3.       Biografi : suatu karangan yang berisipengalaman-pengalaman penulis.
4.       Kisah : berisikan kisah perjalanan sesorang
5.       Otobiografi :
6.       Resensi : pembicaraan/ulasan suatu karya
Nilai-nilai dalam prosa
                Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan infonnasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sexing kita dapat belajan sesuatu yang lebih datipada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman¬pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi    
 
Karya sastra dapat dibagi dua, yaitu :
1.       Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya.
2.       Karya sastra yang menyuarakan jamannya, biasa tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung. Kedua macam karya sastra itu selalu menyampaikan masalah. 

Contoh Prosa :
                                                            Legenda Batu Menangis
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan anak perempuannnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, dia memiliki perangai yang buruk. Gadis itu amat malas, tidak pernah membantu ibunya bekerja. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus menempuh perjalanan yang jauh. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan dengan memakai pakaian yang bagus  dan bersolek agar dikagumi kecantiknnya. Sementara, ibunya berjalan di belakangnya sambil membawa keranjang dengan memakai pakaian yang dekil. Karena mereka hidup ditempat yang terpencil, maka tak seorang pun tahu bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Orang – orang terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama pemuda desa. Namun, saat melihat orang yang berjalan di belakang anak itu, sungguh kontras keadaannya. Hal ini membuat orang bertanya-tanya.
Diantara orang yag melihat itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu.
” Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?”
Namun apa jawaban gadis itu?
“Bukan, “katanya angkuh.” Ia adalah pembantuku.”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemudadan bertanya kepada gadis itu.
”Bukan, bukan.”jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakku.”
Begitulah setiap ada seseorang yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya begitu. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, si ibu masih bisa menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama, akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu berdoa :
”Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba tega memperlakukan hamba seperti ini. Ya Tuhan, hukumlah anak hamba! Hukumlah ....”
Atas kuasa Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis dan memohon ampun kepada ibunya.
”Oh, Ibu.Ibu Ampuni saya, ampunilah kedurhakaan anakamu selama ini. Ibu...Ibu...Ampuni anakmu.”
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi semua telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata., seperti sedang menagis.

IBD yang dihubungkan dengan puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan menggunakan pilihan kata yang mengutamakan bahasa yang berirama. Adapun hal yang menimbulkan kreativitas penyair dalam membangun puisinya, yaitu:
1.       Figura (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,alegori dll
2.       Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
3.       Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.       Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.       Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

Berikut adalah alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam IBD
1. hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
2. puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan social.

Contoh puisi :

Goresan Tinta
Oleh : Mega Anggraini


Goresan demi goresan telak ku ukir
Mengukir sebuah masa depan
Masa depan yang ku kejar
Bukan orang lain
Tapi aku..
Perjalanan hidup
Masa depanku
Bak seperti goresan tinta
Goresan yang bisa diubah
Diubah kapan saja
Matahari pagi awal hidup
Menggambarkan semangat jiwa
Raga dan asaku

Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar