Konsepsi IBD
dalam Kesusastraan
pendekatan kesustraan
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang
berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman",
dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau “ajaran”. Pengertian sastra tidak hanya satu,
tetapi dapat berkembang katacastra berarti tulisan. Sastra memiliki peran yang penting karena seni
merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat normatif.
Karena
seni adalah ekspresi yang bersifat tidak normative, sehingga mudah berkomunikasi.
Sastra memiliki peran penting, alasan pertama karena sastra mempergunakan
bahasa. Karena bahasa dapat menampung semua pernyataan kehidupan manusia.
Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra
adalah penjabaran abstraksi. Cabang-cabang lain karya sastra juga bersifat
abstrak. Gerak-gerik dalam tari, misalnya masih perlu penjabaran. Meskipun
bunyi-bunyi dalam seni music lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu masih perlu
ditafsirkan. Sebaliknya sastra adalah penafsiran itu sendiri. Meskipun didalam
penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi.
Karena
seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga
penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media
penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap
hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
IBD
adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai
bagian dart MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahti-ahli dalam salah
satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities
), Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra,
misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik
sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya,
dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin
ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah
kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian
juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya.
Orientasi
the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dart
disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat
menjadi homo humanus yang lebih baik.
IBD dihubungkan dengan prosa
istilah prosa
banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction, atau
hanya ficsion saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan
menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa
khiasan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan
oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan biasanya dipakai dalam
roman, atau novel, cerita pendek.
A.
Prosa lama
meliputi
1. Dongeng : cerita yang bersifat khayal
2. Hikayat : Berisikan cerita kisah kehidupan kerajaan
3. Sejarah : Berisikan cerita yang sudah lampau
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
B.
Prosa baru
meliputi
1. Cerita pendek : bentuk prosa baru yang menceritakan
sebagian kecil dari kehidupan pelakunya
2. Roman/novel : bentuk prosa baru yang menceritakan kehidupan
pelakunya dari mulai anak-anak sampai meninggal dunia.
3. Biografi : suatu karangan yang
berisipengalaman-pengalaman penulis.
4. Kisah : berisikan kisah perjalanan sesorang
5. Otobiografi :
6. Resensi : pembicaraan/ulasan suatu karya
Nilai-nilai dalam prosa
Sebagai
seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun
nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau
kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk
mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak
mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh
yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya
untuk mencapai sukses.
2.
Prosa fiksi memberikan infonnasi
Fiksi
memberikan sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam
novel sexing kita dapat belajan sesuatu yang lebih datipada sejarah atau
laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3.
Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa
fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4.
Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalaman¬pengalaman dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon
emosional atau rangsangan aksi
Karya sastra dapat dibagi dua, yaitu :
1. Karya
sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, mengajak pembaca untuk mengikuti apa
yang dikehendaki jamannya.
2. Karya
sastra yang menyuarakan jamannya, biasa tidak mengajak pembaca untuk melakukan
sesuatu, akan tetapi untuk merenung. Kedua macam karya sastra itu selalu
menyampaikan masalah.
Contoh Prosa :
Legenda Batu
Menangis
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah
Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan anak perempuannnya. Anak gadis
janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, dia memiliki perangai yang buruk.
Gadis itu amat malas, tidak pernah membantu ibunya bekerja. Kerjanya hanya
bersolek setiap hari.
Suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa
untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus menempuh
perjalanan yang jauh. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan dengan memakai
pakaian yang bagus dan bersolek agar dikagumi kecantiknnya. Sementara, ibunya
berjalan di belakangnya sambil membawa keranjang dengan memakai pakaian yang
dekil. Karena mereka hidup ditempat yang terpencil, maka tak seorang pun tahu
bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mulai memasuki desa, orang-orang desa
memandangi mereka. Orang – orang terpesona melihat kecantikan anak gadis itu,
terutama pemuda desa. Namun, saat melihat orang yang berjalan di belakang anak
itu, sungguh kontras keadaannya. Hal ini membuat orang bertanya-tanya.
Diantara orang yag melihat itu, seorang pemuda
mendekati dan bertanya kepada gadis itu.
” Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan di
belakangmu itu ibumu?”
Namun
apa jawaban gadis itu?
“Bukan,
“katanya angkuh.” Ia adalah pembantuku.”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan
perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi
seorang pemudadan bertanya kepada gadis itu.
”Bukan, bukan.”jawab gadis itu dengan mendongakkan
kepalanya. ” Ia adalah budakku.”
Begitulah setiap ada seseorang yang menanyakan perihal
ibunya, selalu jawabannya begitu. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang
durhaka itu, si ibu masih bisa menahan diri. Namun setelah berulang kali
didengarnya jawaban yang sama, akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat
menahan diri. Si ibu berdoa :
”Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba tega memperlakukan hamba seperti
ini. Ya Tuhan, hukumlah anak hamba! Hukumlah ....”
Atas kuasa Tuhan, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka
itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu
telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis dan memohon ampun kepada
ibunya.
”Oh, Ibu.Ibu Ampuni saya, ampunilah kedurhakaan
anakamu selama ini. Ibu...Ibu...Ampuni anakmu.”
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon
kepada ibunya. Akan tetapi semua telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu
akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat
melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata., seperti sedang menagis.
IBD yang dihubungkan dengan puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan menggunakan
pilihan kata yang mengutamakan bahasa yang berirama. Adapun hal yang
menimbulkan kreativitas penyair dalam membangun puisinya, yaitu:
1. Figura (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora,
perbandingan,alegori dll
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu,
berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan
nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan,
sehingga lebih menggugah hati.
Berikut adalah alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam IBD
1. hubungan puisi dengan pengalaman hidup
manusia.
2. puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
3. Puisi dan keinsyafan social.
Contoh puisi :
Goresan Tinta
Oleh : Mega Anggraini
Goresan demi goresan telak ku
ukir
Mengukir sebuah masa depan
Masa depan yang ku kejar
Bukan orang lain
Tapi aku..
Perjalanan hidup
Masa depanku
Bak seperti goresan tinta
Goresan yang bisa diubah
Diubah kapan saja
Matahari pagi awal hidup
Menggambarkan semangat jiwa
Raga dan asaku
Sumber :